Tasawuf
Mahabah (Cinta)
Ajaran tasawuf mahabah (cinta)
dipelopori oleh tokoh tasawuf terkenal dari kalangan wanita yaitu Siti Rabi’ah Addawiyah.
Sehingga dalam sejarah islampun telah tercatat Rabi’ah Al-Adawiyah sebagai
peletak dasar tasawuf cinta kepada Allah pertama. Sementara genersi sebelumnya merintis aliran
asketisme dalam islam berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah.
Rabi’ah pula yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus iklas dengan
cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah Swt.
Sikap dan pandangan rabiah
al-adawiyah tentang cinta dipahami dari kata-katanya, baik yang langsung maupun
yang disandarkan kepadanya. Alqusyairi meriwayatkan bahwa ketika bermunajat, Rabi’ah
Berdo’a, “Tuhanku, akankah kau bakar kalbu yang mencintaimu oleh api neraka?
Tiba-tiba, terdengar suara, kami tidak akan melakukan itu janganlah engkau
berburuk sangka kepada kami”.
Diantara syair cinta rabi’ah
yang paling mashur adalah
Aku mencintai-Mu dengan dua
cinta,
cinta karena diriku dan karena diriku.
Cinta karena diriku adalah keadaan senantiasa mengingatkan-Mu,
Cinta karena dirimu
adalah keadaanku
mengungkapkan tabir sehingga Engkau kulihat.
Baik ini mapun untuk itu,
pujian bukalah bagiku.
Bagi-Mu pujian untuku semuanya.
Untuk memperjelas pengertian Al-Hub
yang diajukan Rabi’ah yaitu hub anta ahl lahu, perlu dikutif
tafsiran beberapa tokoh berikut. Abu Talib Al-Mkiy dalam qut al-qulub
sebagaimana dijelaskan badawi memberikan penafsiran bahwa makna hub hub
al-hawa adalah rasa cinta yang timbul dari nikmat-nikmat dan kebaikan yang
diberikan Allah. Adapun yang dimaksud nikmat-nikmat adalah nikmat adalah nikmat
material tidaj sepiritual karena hub disini bersifat hub indrawi. Walaupun
demikian, hub al-hawa yang diajukan Rabi’ah ini tidak berubah-ubah tidak
bertambah dan berkurang karena bertambah dan berkurangnya nikmat itu sendiri,
tetapi sesuatu yang ada di balik nikmat.
Adapun
Al-Hub anta Ahl Lahu adalah cinta yang tidak di dorong kesenangan
indrawi, tetapi didorong Dzat yang dicinta. Cinta yang kedua ini tidak
mengharapkan balasan apa-apa kewajiban-kewajiban yang di jalankan timbul karena
perasaan cinta kepada Dzat yang dicintai.
Sementara itu, Al-Gazali memberikan
ulasan tentang syair Rabi’ah sebagai berikut. Yang di maksud dengan cinta
karena dirinya adalah cinta kepada Allah karena kebaikan dan karunianya di
dunia ini, sedangkan cinta kepadanya adalah karena ia layak dicintai keindahan
dan keagungannya yang tersingkap kepadanya.
Cinta yang kedua merupakan cinta yang paling luhur dan mendalam serta
merupakan kelezatan melihat keindahan tuhan.
Cinta Rabiah kepada Allah
begitu mendalam dan memenuhi seluruh relung hatinya, sehingga membuatnya hadir
bersama tuhan. Seperti
terdapat pada sebagian kutipan syairnya,
”Kujadikan teman berbincang
dalam kalbu
Tubuhku pun biar berbincang
dengan temanku”.
......wallahualam bissyawab......semoga bermanfaat bagi semuanya, amiiiin.....
mantaps lanjutkan......
BalasHapusBelajar Ilmu mahabbah nabi yusuf bersama Mbak Hidayah ( ustadzah Hidayah ) ==> silahkan Klik Disini <==
Hapusokeeeee,,,,,,semangat untuk selalu berkarya...
BalasHapusBelajar Ilmu mahabbah nabi yusuf bersama Mbak Hidayah ( ustadzah Hidayah ) ==> silahkan Klik Disini <==
HapusBelajar Ilmu mahabbah nabi yusuf bersama Mbak Hidayah ( ustadzah Hidayah ) ==> silahkan Klik Disini <==
BalasHapus